WartavideoFB - Pembangunan di Indonesia memang belum merata. Masih ada kota-kota di pelosok negeri ini yang akses jalannya masih buruk.
Seperti terlihat pada foto-foto di bawah ini, ada anak-anak kecil yang harus mempertaruhkan nyawa mereka untuk pergi menuntu ilmu.
Lagi-lagi pemandangan miris terlihat di beberapa pelosok negari ini, lebih tepatnya kondisi miris terlihat dari warga Dusun Kedungmiri, Desa Opo-Opo, Kecamatan Krejengan, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
Desa yang terletak 10 kilometer dari pusat Kabupaten Probolinggo ini memiliki akses lokasi yang terbilang sulit dan kurang memadai.
Rutinitas warga dari desa satu ke desa yang lainnya dipisahkan oleh sebuah sungai Rondoninggo.
Apabila melewati jalur darat maka jarak tempuh ke dusun tetangga pun akan memakan waktu lebih lama karena mereka harus berputar, hingga akhirnya warga desa pun lebih memilih untuk menyebrangi sungai untuk menjalankan segala aktivitasnya. Tak terkecuali dengan anak-anak.
Anak-anak yang ada di dusun ini terpaksa harus menyeberangi aliran sungai untuk bisa sampai ke sekolah yang terletak di desa seberang sungai.
Menyeberangi aliran sungai bukanlah suatu perkara mudah, pasalnya anak-anak harus sangat berhati-hati jikalau aliran air sedang deras, yang bisa kapanpun menyeret anak-anak tersebut masuk ke dalam arusnya.
Belum lagi ditambah dengan batuan-batuan licin yang berada di dalam sungai. Para siswa harus ekstra berhati-hati agar tidak tergelincir dan jatuh. Saat menyeberangi sungai, anak-anak harus mencopot sepatu mereka, serta menyingsingkan seragam mereka agar tidak basah terkena air.
Tidakkah Anda merasa miris melihat kondisi seperti ini?
Bagaimana tidak, kondisi seperti ini harus dilalui para siswa setiap hari untuk bersekolah. Mereka mempertaruhkan nyawa mereka dalam perjalanan menuju sekolah untuk menuntut ilmu. Bahkan, seperti yang telah dilansir dari Detik.com (25/04/2017), seorang siswa berusia 6 tahun yang bernama Rendy mengaku dengan polosnya bahwa ia sebenarnya merasa takut saat menyeberangi aliran sungai.
Saat ditemui usai menyeberang sungai, Rendy mengaku jika kedalaman air telah berada di atas lutut, maka ia tidak akan berani menyebrang sungai. Ia akan menunggu orang dewasa untuk menyebrangkannya, kalau tidak ada ya terpaksa Rendy tidak pergi ke sekolah.
Selain anak-anak, ternyata ada seorang wali murid yang juga menyampaikan kondisi miris perjalanan dari desa satu ke desa yang lain, ia adalah Hanima (25) yang memiliki harapan besar kepada pemerintah agar segera membangun jembatan penyeberangan di desa ini.
Ia juga menyampaikan, apabila kondisi seperti ini terus dibiarkan, maka nyawa anak-anak serta warga desa yang akan menjadi taruhan saat menyeberangi sungai.
Banyak warga desa yang mengharapkan pemerintah setempat segera membangun jembatan penghubung agar memudahkan warga, khususnya para siswa untuk pergi ke sekolah dengan aman tanpa harus menyeberangi sungai.
Sumber Tulisan: Yukepo
0 Response to "Anak-anak Ini Mempertaruhkan Nyawa Menyeberangi Sungai Untuk Pergi ke Sekolah"
Posting Komentar